Kab.Bekasi, swatantranews – Ditengah derasnya kampanye Nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang digaungkan oleh Dinas Perikanan Kab.Bekasi baru-baru ini, Sejumlah nelayan di pesisir Utara Bekasi (khususnya di Tarumajaya) sedang berjuang keras meratapi laut tempat mencari ikan untuk dapat bertahan hidup dalam keseharian, Kondisi laut Tarumajaya saat ini sudah tak ramah seperti dulu lagi, lantaran hasil tangkapan melaut menurun drastis.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bekasi, Iman Santoso menghadiri acara Gemarikan di Desa Sindangmulya, Selasa (07/05/24). Foto :Diskominfosantik.
“Penghasilan melaut saat ini jauh’ dari harapan, biasanya lokasi mencari udang di alur laut paljaya hasilnya cukup lumayan, tetapi saat ini lokasi tersebut sedang dalam Pembaroan dan pengurugan ,” Curhat Muklis nelayan Gogoh dan jaring di pangkalan perahu Kampung Sungai Niri Segarajaya, Jum’at (10/5).
Entah bagaimana nasib nelayan nantinya, nelayan jaring, nelayan bogreg, tukang sudu, hampir semua teman – teman Nelayan mengeluh soal hasil tangkapan menurun.
” Sekarang aja Pembaroan dan pengurugan laut baru setengah pail panjang hasil tangkapan melaut turun drastis, biasa dapet hasil 150 – 200 ribu, sekarang paling juga dapet 50 ribu,” keluh sedih Mukhlis nelayan gogoh.
“Apalagi nanti sudah ketutup semua, laut dibaro dan diurug, Nelayan mau cari ikan dimana lagi, Mau ngadu ke siapa lagi, Ke Kepala Desa, Camat atau bupati dan presiden, sebagai rakyat kecil itu hal yang gak mungkin,” tambahnya.
Untuk saat ini, lanjut Mukhlis, Infonya banyak nelayan yang sedang menanti uang kompensasi atau uang apa namanya, buat saya gak penting, karena iming-iming Kompensasi bisa jadi kesenangan sesaat.
” Yang penting nasib nelayan diperhatikan, Jangan adanya pembangunan nasib Nelayan dan keluarganya jadi korban, Pemerintah harus mikirin nasib rakyatnya, Infonya Ini baru satu perusahaan ngurug laut, nanti katanya ada perusahaan lain yang ikut juga ngurug laut, Akhirnya pesisir pantai dari Tarumajaya, Babelan sampai Muara Gembong bakalan ke urug semua, Nelayan makan apa nanti,” katanya.
” Mungkin menjadi nelayan sudah warisan dari nenek moyang dulu, Kami tidak menolak pembangunan ataupun reklamasi laut, tapi tolong tanggung jawab soal lingkungan yang berkelanjutan bagi nelayan pesisir tolong di perhatikan,” tandasnya.
Sementara itu, Tokoh Penggiat Mangrove Tarumajaya, menyayangkan sikap investor (PT- TRPN ) yang hanya memberikan janji manis kepada sejumlah nelayan yang ada di pesisir Utara Bekasi (khususnya Nelayan Tarumajaya).
“Mestinya para pelaku bisnis itu hadir dengan prinsip maju bersama melalui program pembangunan yang berkelanjutan, bukan memberi janji manis tapi bukti nyata kepada sejumlah nelayan pinggir,” Ujar Samsuri Tokoh penggiat Mangrove Tarumajaya, beberapa waktu lalu.
Kehadiran pembangunan Mega proyek di pesisir Utara Bekasi, Lanjut Samsuri, Setidaknya menjadi tumpuan dan harapan masyarakat pesisir, bukanya malah menjadi bumerang atau nanti nelayan menjadi korban pembangunan pesisir pantai Utara Bekasi, lalu dimana peran dan kinerja UPTD PPI Paljaya yang Katanya bapaknya nelayan, dan Kepala UPT DKP provinsi Jabar, yang seharusnya mengedepankan kepentingan nelayan, bukan malah terkesan sebaliknya, yang hanya sebatas petugas mediasi.
” Bicara tentang pembangunan di Utara Bekasi, kami sangat mendukung..!
Ide gagasan kami, dengan Konsep nelayan pinggir menjadi nelayan Tengah, yang sudah kita diskusikan di pemerintahan tingkat kabupaten dan provinsi, Saya kira menjadi solusi terbaik dalam mendukung program pembangunan di wilayah Utara Bekasi, dengan mengedepankan kepentingan nelayan.
Kalau saja kepentingan nelayan diutamakan, dengan mengakomodir kebutuhan nelayan pinggir menjadi nelayan Tengah, dari mulai pelatihan sampai pengadaan kapal dan alat tangkapnya.
“Pembangunan di wilayah pesisir Utara Bekasi bisa berjalan baik dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, untuk bisa maju bersama, (nelayannya maju pengusahanya pun maju). Tapi bila masyarakat nelayan hanya diiming-imingi dengan Kompensasi, bisa jadi, nelayan lokal akan punah menjadi korban angkuhnya pembangunan,”tutupnya.
(*/red)