Kab.Bekasi, swatantranews – Derita dan cerita nasib Nelayan pinggir di wilayah Tarumajaya dan sekitarnya, mungkin dua atau tiga tahun kedepan bisa jadi bakal terhapus dari sejarah, bila hal ini tidak segera ada campur tangan dari pemerintah desa, kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan pusat, setidaknya Pemerintah hadir ditengah persoalan dan nasib nelayan pesisir Tarumajaya untuk mencari solusi bijak.
” Iya pada saat nelayan ngeluh soal laut pesisir diurug, Aneh aja, tiba-tiba ada pahlawan pengurugan yang mengatakan (mengutip salah satu pemberitaan di media online-red), itu bukan laut tapi Empang untuk perluasan Kawasan MC Marunda Center,” Kata Samsur Nelayan pesisir Tarumajaya, Minggu (19/5).
Lanjut Samsur, Sebagai nelayan tentunya kami faham, mana laut pesisir dan Empang, Bahkan dahulu saya punya beberapa sero, Karena limbah Industri, habis semua sudah ceritanya, Saat ini menggeluti nelayan kerang ijo, Sebagai nelayan kemana kami harus lapor dan mengeluh, Kalau katanya UPTD Paljaya bapaknya Nelayan, itu Cuma cerita masa lalu, sekarang nelayan berjuang sendiri.
” Yah, saat ini wilayah pesisir pantai muara tawar desa Pantai Makmur sudah tak seindah dan seramah dulu, Selain persoalan limbah industri, terlebih adanya Plang larangan mencari ikan dan aktivitas lainnya di lokasi pesisir yang di klaim milik Kawasan Marunda Center,” ujarnya.
Lebih parahnya lagi, saat ini sedang dilakukan pengurugan laut pesisir (Muara sebelah timur ) kalau untuk sebelah barat, pada awalnya masih bentuk laut pesisir sudah disulap jadi daratan oleh MC (Marunda Center).
” Mungkin saat ini Nelayan berangkat melaut masih ada akses belum tau nantinya, Akan tetapi saat berangkat dan pulang melaut, nelayan disuguhkan pemandangan mengerikan adanya pengurugan laut pesisir Tarumajaya di dua lokasi, Marunda Center (Desa Pantai Makmur), TRPN (Desa Segarajaya),” tambahnya.
Masih kata Samsur, Kami tidak tahu nantinya, jika proyek reklamasi atau pengurugan laut pesisir semakin merajalela, Saat ini saja banyak nelayan yang sudah pindah profesi karena tak bisa lagi mengandalkan hasil melaut, Atau mungkin ini yang diharapkan oleh investor agar nelayan berhenti melaut.
” Dengan kondisi nelayan yang semakin sulit, tanpa ada solusi dari pemerintah, dalam waktu dekat, Kami bersama nelayan lainnya akan mengajukan petisi dan gelar aksi protes ( ke Investor, Pemerintah Pj bupati yang baru nantinya) agar mendengar keluhan Nelayan pesisir, yang sedang berjuang mempertahankan hak kami atas laut, Negara harus hadir untuk kepentingan rakyat, bukannya kami di abaikan, Kami bukan musuh,” imbuhnya.
” Kami tidak menghalangi reklamasi, restorasi atau apapun namanya, Adanya pembangunan di laut pesisir (Pembaroan dan pengurugan ) oleh Investor maupun oligarki, tolong jaga kearifan lokal, Di pesisir laut Tarumajaya ada Nelayan sejak jaman dahulu (Jaman bedil sundut) Ajak kami bicara, Nelayan pinggir mau di apain, apakah diberikan edukasi jadi nelayan tengah, atau nunggu nelayan bergerak,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua PAC Ormas Pemuda Pancasila (PP) Kecamatan Tarumajaya, Saat diminta komentarnya soal keluhan nelayan pesisir di Pantai Makmur, menyampaikan dengan singkat.
” Iya, Kami sudah bersurat ke DKP Jawa Barat (14 Mei 2024), soal keluhan nelayan Pantai Makmur Tarumajaya dan sekitarnya serta soal pengurugan laut pesisir oleh Marunda center,” Kata Bagus Ketua Ormas PP Tarumajaya, Minggu (19/5).
” Iya, nanti tembusannya akan dikirim ke Pemdes Pantai Makmur dan Camat Tarumajaya, ada tujuh poin penting dalam isi surat tersebut, termasuk konfirmasi, Apa dasar pengurugan laut itu dilakukan dan Apakah DKP Jawa Barat mengetahui kegiatan tersebut?,” pungkasnya.
(*/red)