Kab.Bekasi ,swatantranews– Senior Golkar Kabupaten Bekasi prihatin dengan kondisi yang terjadi dalam rumah besar Golkar Kab.bekasi saat ini. Pasalnya, para pengurus partai berlambang pohon beringin ini masing-masing ingin menonjolkan diri dan seolah-olah berebut tua, sehingga terlihat tidak ada kekompakan, dan kurang peduli dengan senior golkar terdahulu.
“Padahal pada periode 1993-1997, kepengurusan Partai Golkar di Kabupaten Bekasi sangat kompak. Bahkan mampu mengungguli partai-partai lainnya,” Kata Wikanda Darmawijaya, mantan Ketua Golkar Kabupaten Bekasi periode 1993-1997 di Bekasi, Kamis (12/5)
Menurutnya, Lanjut Bupati Bekasi periode 1998-2003 ini, Dari masa kepemimpinannya sampai saat ini ada sekitar sembilan kali pergantian kepengurusan atau kepemimpinan. Namun sekarang ini, dirinya sangat merindukan kejayaan partai yang pernah membesarkan namanya ini.
“Saya sangat merindukan kejayaan Partai Golkar di Kabupaten Bekasi,” tandasnya.
Dikatakan Pak Wi, sapaan senior Golkar era 90 an, Pada saat kepemimpinan dirinya, para pengurus Golkar di Kabupaten Bekasi sangat kompak, mulai dari tingkat desa maupun kelurahan, kecamatan, sampai kabupaten.
“Zaman dulu itu betul-betul kompak kepengurusan, dari tingkat desa maupun kelurahan, kecamatan, sampai kabupaten. Rasanya itu betul-betul satu arah, satu pemikiran. Demi memenangkan Golkar,” ungkapnya.
Masih kata Pa Wi, para pengurus Golkar sekarang masing-masing ingin menonjolkan pribadi. Kemudian melupakan tokoh-tokoh senior, padahal tidak boleh melupakan sejarah. Artinya, para pengurus yang saat ini harus tetap meminta saran kepada yang tua (senior).
“Sekarang itu banyak pengurus yang masing-masing menonjolkan pribadi. Saya menyarankan, yang tua itu harus tetap diminta saran-saran dan pendapatnya,” tandasnya.
Hal senada disampaikan Senior Golkar lainnya, Yaman Edi bair. Dirinya menilai, secara umum kepengurusan Partai Golkar Kabupaten Bekasi sekarang sudah bagus, karena kebanyakan di isi oleh anak-anak muda yang berlatar belakang akademisi. Tentunya dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pengurus lebih mudah untuk sosialisasi ke bawah maupun ke atas. Namun demikian kata dia, kepengurusan sekarang tidak kompak. Mungkin, karena belum adanya ketua definitif. Sehingga pengurus masing-masing berebut tua.
“Cuma memang karena belum ada pemimpin jadi terlihat tidak kompak, jadi pada berebut tua, kurang kompak,” ucapnya.
Maka dari itu, dirinya menyarankan para pengurus Golkar sekarang ini berkonsultasi dengan yang tokoh senior.
“Saya berharap, bisa konsultasi yang tua-tua. Karena yang tua ini kelebihannya pengalaman,” katanya.
Untuk diketahui, perolehan kursi legislatif Partai Golkar mengalami penurunan dari yang sebelumnya. Pada Pemilu 2019 lalu hanya mendapatkan tujuh kursi. Padahal pada Pemilu sebelumnya, Partai Golkar meraih sepuluh kursi. Penurunan ini disebabkan beberapa faktor. Kemudian saat ini belum mempunyai ketua definitif, setelah Eka Supria Atmaja, meninggal dunia, beberapa waktu lalu. Sampai adanya problem-problem lainnya di internal partai yang terjadi sampai saat ini.
(*/red)