Kabupaten Bekasi, Swatantranews.com.
Kontur kawasan Bekasi yang telah bergeser dari masyarakat agraris, lumbung padi nasional. Menjadi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, memungkinkan Bekasi di penuhi masyarakat pendatang atau masyarakat urban dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara negara.
Perubahan kontur kawasan akan berdampak pada perubahan kultur dan budaya masyarakat Bekasi. Yang tidak terlepas dari budaya santri dan berjiwa kesatria.
Guna mempertahankan kultur, budaya, identitas santri dan berjiwa kesatria. Para tokoh masyarakat Bekasi Raya membentuk wadah guna mempertahankan tradisi, budaya serta kuliner khas Bekasi dengan membentuk paguyuban Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB) Bhagasasi.
Ketua BKMB Bhagasasi Bekasi Raya saat ini di ketuai oleh H. Aan Suhanda. Yang membawahi Kadipaten Bekasi (Kabupaten) dan Kota Bekasi.
Sedangkan untuk Kadipaten Bekasi di ketua oleh Adipati H. Obing Fachrudin. Sedangkan Pemangku Adat, sebagai dewan tertinggi di Kadipaten Bekasi di pangku oleh H. Ichsan Said.
“Kita harus menjaga ke arifan lokal Bekasi maupun budaya Bekasi di wilayah hukum Kabupaten Bekasi,” Ungkap H. Obing Fachrudin kepada Swatantranews.com di tengah acara buka puasa bersama yang dilaksanakan di hotel Gran Cikarang, Cikarang Utara. (15/03).
“Kita juga akan bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Bekasi.” Tegas H. Obing Fachrudin.
Dalam perannya, BKMB Bhagasasi pernah membakar Patung Lele di Alun-Alun Kabupaten Bekasi (Sekarang wilayah Kota Bekasi, Bulan-bulan- red), karena tidak sesuai dengan Budaya Bekasi.
“Patung lele, kita anggap tidak sesuai dengan kultur dan budaya Bekasi. Karena Lele adalah ikan yang rakus yang makan apa saja. Sedangkan jiwa masyarakat Bekasi adalah jiwa santri yang kesatria yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kegotong royongan atau kebersamaan.” Lanjut H. Obing Fachrudin.
Lebih lanjut H. Obing memaparkan bahwa BKMB Bhagasasi pernah memaksa Gubernur Jawa Barat, Dani Setiawan, untuk beraudiensi dengan BKMB Bhagasasi di rest area KM 19. Karena menilai Gubernur Jawa Barat kurang memperhatikan masyarakat dan budaya Bekasi.
“Peran dalam pembangunan dengan menjaga kearifan lokal serta budaya Bekasi inilah yang akan jalankan, dengan memberikan masukan-masukan yang positif kepada Bupati dan Wakil Bupati Bekasi.” Ujar H. Obing, panggilan akrab Adipati Bekasi.
Masih di tempat sama, Pemangku Adat Kadipaten Bekasi, H. Ichsan Said mengungkapkan sudah tidak pantas lagi masyarakat Kabupaten Bekasi terpilah sebagai dampak dari Pemilihan Kepala Daerah.
“Tidak ada lagi orang 01, 02 dan 03. Yang ada adalah masyarakat Bekasi yang siap membangun Kabupaten Bekasi dengan menjaga kearifan Budaya Bekasi.” Tegas Ichsan Said.
Dipaparkan oleh H. Ichsan Said, banyak putra daerah Bekasi yang sudah “jago” (pandai/familiar di bidangnya – red) di daerah lain seperti Rektor, Guru Besar bahkan pengusaha maupun teknokrat. Setingkat jenderal pun sudah ada yang asli Bekasi.
Jadi kita wajib menjaga kearifan lokal budaya Bekasi serta menjaga Bupati dan Walikota Bekasi.
“Cukup sekali kita mengalami Putra dan Putri terbaik Bekasi tidak bisa menyelesaikan masa tugasnya karena sesuatu hal yang tidak kita inginkan.” Tegas Ichsan Said.
“Kita jadikan Visi dan Misi Bupati Bekasi dalam program kerja membangun Kabupaten Bekasi.” Tutup Ichsan Said.
(*/red)